AHA Center didirikan atas keprihatinan yang mendalam terhadap berbagai  bencana alam yang terjadi di kawasan ASEAN, termasuk letusan Merapi yang  terjadi pertengahan November 2010
Indonesia terpilih menjadi Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan dan  Manajemen Bencana untuk kawasan ASEAN. Lembaga ini diharapkan dapat  mempercepat penanganan serta bantuan bencana alam, baik di Indonesia  maupun di ASEAN.
Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan dan Penanganan Bencana, atau  yang disingkat menjadi AHA Center, akan resmi bekerja pada bulan ini.  Pendirian lembaga ini telah digagas sejak 2005, atas keprihatinan yang  mendalam terhadap berbagai bencana alam yang terjadi di kawasan ASEAN.
Dalam peresmiannya di Jakarta, Kamis, Menteri Koordinator Bidang  Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, mengatakan pengalaman bencana di  Indonesia tidak hanya mengakibatkan kerugian harta dan nyawa, tetapi  juga menginspirasikan kerjasama antarpara ahli dari dalam dan luar  negeri, termasuk di dalam lingkup ASEAN sendiri.
Agung Laksono mengatakan, “Dalam kesempatan tersebut telah  diputuskan, salah satu pembentukan masyarakat ASEAN adalah pilar sosial  budaya. Maka, kita mendapat kepercayaan bahwa Jakarta dijadikan sebagai  Pusat Kebencanaan di wilayah AEAN, mengingat negara kita sudah kodratnya  berada di wilayah ‘ring of fire”. Tetapi akibatnya kita sekarang punya  ahli-ahli dengan kompetensi yang tinggi.”
Selain sebagai pusat informasi bencana, AHA Centre juga akan  berfungsi sebagai pusat mobilisasi bantuan bencana kepada negara ASEAN  jika dibutuhkan, serta sebagai pusat koordinasi pengetahuan dan  penelitian kebencanaan yang memfasilitasi kerjasama teknis.
Setiap negara akan menempatkan satu perwakilannya di Jakarta, kata  Agung Laksono. Saat ini, Indonesia menanggung biaya pengadaan teknis  sebesar Rp 5 Milyar. AHA Centre berkantor di Gedung BPPT Jakarta.
Menurut Agung, “Sekarang ini masih ditanggung oleh kita Rp 5 Milyar,  tapi nanti akan ada kewajiban menyetor dari tiap negara 100 ribu Dollar  Amerika setahun.”
AHA Center dapat berperan menyalurkan bantuan bagi anggota ASEAN, seperti Birma pada saat dilanda bencana topan Nargis.
Sementara itu Ketua Badan Penanggulangan Bencana Nasional – BNPB,  Syamsul Maarif, kepada VOA menilai lembaga ini besar manfaatnya,  terutama untuk penyaluran bantuan.
Ia mencontohkan pada saat Birma dilanda topan nargis tiga tahun lalu,  dan pemerintah militer menolak bantuan dari negara-negara Barat. Maka,  lembaga seperti AHA Center dapat membantu menyalurkan bantuan tersebut.
Syamsul menjelaskan, “Sebaiknya juga kalau kita punya pengetahuan  tentang bencana tertentu, itu yang kita koordinasikan. Tidak gampang  membantu negara itu kalau tidak berkoordinasi. Seperti dulu waktu kita  mau ke Haiti itu kita tidak bisa masuk karena antri, akhirnya kita harus  lewat Santo Dominika.”
Dalam kesempatan yang sama, Dutabesar Chile untuk Indonesia, Eduardo  Ruiz, menyambut baik kerjasama yang siap dirintis Indonesia dan Chile,  untuk mengantisipasi bencana alam. Tahun lalu, Chile sempat digoyang  gempa dahsyat berkekuatan 8,8 Skala Richter.
"Kami mencoba untuk mencari jalan agar para ahli dari Chile dan  Indonesia dapat bertemu dan bertukar pengalaman mengenai bencana alam,  dan apabila memungkinkan kami juga ingin menuangkan satu bentuk  kerjasama dalam Nota Kesepahaman, karena banyak yang harus dibicarakan  bersama," demikian Eduardo Ruiz.
VOANEWS.COM
Mau Kaya $$$$ dari Internet Hasilkan Jutaan Seperti Saya? Gratis hanya untuk yang serius 100% TANPA MODAL! Ayo daftar sekarang Klik disini
 
0 Comments:
EMOTICON :
Posting Komentar